6 Sep 2012

Antibiotik Itu Jahat Nggak Sih?


Jakarta, Dalam kaitannya dengan aturan pakai, antibiotik termasuk salah satu obat yang paling ribet dibanding obat lain. Terlalu banyak atau terlalu sedikit sama-sama memberikan efek merugikan. Jadi sebenarnya, antibiotik itu jahat nggak sih?

Memang berlebihan kalau dikatakan antibiotik itu jahat, sebab pada dosis dan cara pemakaian yang tepat obat ini bisa menyelamatkan manusia dari serangan berbagai infeksi kuman. Sejak orang mengenal penisilin misalnya, kematian akibat infeksi jauh berkurang.

Namun harus diakui, penggunaan yang tidak tepat dari jenis obat ini memberikan dampak yang lebih luas dibandingkan obat lain. Misalnya resistensi atau kekebalan kuman terhadap antibiotik, dampaknya bukan cuma dirasakan pasien yang bersangkutan tetapi bisa menular ke pasien lain.

Ketua Ikatan Apoteker Indonesia (IAI), Drs M Dany Pratomo, MM, Apt menegaskan bahwa antibiotik adalah obat yang hanya efektif bila diberikan pada dosis yang dianjurkan. Terlalu banyak atau terlalu sedikit, dampaknya sama-sama tidak baik untuk kesehatan.

"Kalau kurang, obat ini tidak efektif membunuh kuman. Sementara kalau berlebihan, kuman lain yang tidak berbahaya dan mungkin bermanfaat dalam tubuh manusia ikut terbunuh," kata Drs Dany saat dihubungi detikHealth, seperti ditulis Rabu (5/9/2012).

Penggunaan yang tidak rasional, menurut Drs Dany merupakan salah satu pemicu dampak negatif dari penggunaan antibiotik. Ketidakrasionalan penggunaan antibiotik antara lain dosis yang tidak sesuai anjuran, maupun juga cara penggunaan yang tidak tepat.

Dampak yang paling ditakutkan dari penggunaan antibiotik secara tidak rasional adalah resistensi global. Resistensi terjadi akibat pengobatan dengan antibiotik tidak tuntas, sehingga sebagian kuman yang tidak mati malah jadi resisten atau kebal terhadap antibiotik.

Jika terjadi secara global, maka diperkirakan dunia akan kembali seperti zaman penisilin belum ditemukan. Tidak ada antibiotik yang manjur lagi karena kuman-kuman sudah makin kebal, sementara penelitian untuk menemukan antibiotik baru butuh waktu yang sangat lama.

Prof Dr Maksum Radji, M.Biomed, ahli mikrobiologi dari Fakultas Farmasi Universitas Indonesia menuturkan bahwa resistensi kuman saat ini sudah banyak ditemukan di rumah sakit. Karena terpapar antibiotik terus-menerus, kuman di rumah sakit banyak yang menjadi Multiple Drug Resistant (MDR).

"Kuman-kuman ini menjadi ancaman tersendiri dalam berbagai tindakan medis seperti pemasangan kateter, ventilator atau alat bantu pernapasan, serta operasi pembedahan. Sekali pasien terinfeksi kuman MDR, maka pengatasannya akan menjadi lebih susah," jelas Prof Maksum.

Mengingat banyak sekali imbauan-imbauan dan petunjuk yang harus dipatuhi, penggunaan antibiotik memang terkesan lebih ribet dan penuh risiko dibanding jenis obat lain. Apa boleh buat, kalau mau sembuh dari infeksi kuman maka pasien tidak punya pilihan selain harus mau sedikit ribet.

"Kelihatannya saja ribet karena memang antibiotik itu dosisnya tertentu. Kalau obat lain seperti pereda nyeri, hasilnya kan kelihatan. Kalau sudah tidak sakit ya dihentikan. Antibiotik tidak, tetap harus diberikan dalam jangka waktu tertentu," kata Drs Dany.

AN Uyung Pramudiarja - detikHealth 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar